MTS Kita Bersama

MTS Kita Bersama
Hanya dengan semangat dan kerja keras, Kita bisa memajukan Madarasah Kita yang tercinta ini

Kamis, 14 Juli 2011

Teori pendidikan

Teori pendidikan dan psikologi moderen merupakan hasil usaha  manusia yang bersifat ilmiah berdasarkan temuan, eksperimen serta pengalaman empiris yang didasari nilai-nilai manusia yang dianut pada suatu saat dan suatu tempat
 
Dunia pendidikan dewasa ini dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak anak bangsa yang meraih prestasi di tingkat internasional. Murid-murid sekolah di Indonesia telah menjadi langganan dalam setiap olimpiade internasional dalam dunia eksakta seperti fisika dan matematika.
           
Tapi pada sisi lain, banyak kualitas pendidikan kita yang bahkan tidak mampu bersaing dengan negara lain.  Kualitas pendidikan kita secara umum masih berada di di bawah rata-rata. Setidaknya ini ditunjukkan oleh data indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau Education For All di Indonesia yang mengalami penurunan. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69.

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, (1/3/2011) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.
Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.

Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).

Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD). Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.
 
Teori pendidikan
Pengetahuan eksakta dan teknik, ilmu pendidkan dan psikologi telah berkembang untuk  mempermudah manusia dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya. Pengetahuan-pengetahuan tersebut adalah teori pengasuhan dan pendidikan moderen yang mulai berkembang pesat dari negara-negara Barat.

Teori pendidikan dan psikologi moderen ini merupakan hasil usaha manusia yang bersifat ilmiah berdasarkan temuan,eksperimen serta pengalaman empiris, tentu saja sifatnya tidak absolut sehingga bisa saja teori ini berubah dalam perjalanannya. Apa yang baik dan benar pada suatu waktu dan suatu tempat belum tentu benar di waktu dan tempat yang lain. Tapi bukan berarti kita tidak boleh sama sekali menengok teori atau metoda pendidikan dan pembelajaran yang berkembang pesat dalam psikologi moderen.

Dalam perspektif filosofis, pendidikan adalah usaha membantu memanusiakan manusia. Artinya, manusia akan menjadi manusia yang sebenarnya ketika mereka diberikan pendidikan atau dengan kata lain, ada manusia yang tidak menjadi manusia disebabkan tidak mendapatkan pendidikan.

Dalam teori pendidikan moderen mensyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran yang baik yang mampu menghasilkan produk yang baik, perlu mendapatkan dukungan maksimal dari banyak aspek yakni menyangkut aspek  ketersediaan dana, sarana dan prasarana, laboratorium, media dan alat peraga, tenaga pendidik atau guru (baca: SDM), kurikulum yang dilaksanakan dan aspek lainnya seperti input yang berkualitas dan lingkungan yang kondusif.

Sebutlah teori tentang kapan waktu paling baik anak mulai belajar membaca, menulis,  dan berhitung, tentang Teori Belajar Konstruktivisme, teori Learning Style, teori tentang Multiple Intelligence (katanya anak ada yang punye tipe Linguistic intelligence/word smart. Logical-mathematical intelligence/number/reasoning smart, Spatial intelligence/picture smart, Bodily-Kinesthetic intelligence/body smart, Musical intelligence/music smart, Interpersonal intelligence/people smart, Intrapersonal intelligence/self smart, Naturalist intelligence, nature smart.

Juga teori pendidikan Jean-Jacques Rousseau yang dianggap punya sumbangan penting dalam hal pengaruh teori pendidikan moderen, dan yang paling menonjol dari kesemuanya itu adalah gairahnya yang berkobar-kobar terhadap terjelmanya persamaan hak dan derajat. Tentang Teori Perkembangan Kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss, dan seabrek teori kekinian lainnya yang telalu panjang disebutkan di sini.

Teori pengasuhan dan  pendidikan moderen berkembang sangat pesat di negara-negara Barat. Ilmu pendidikan hasil temuan manusia bersifat relatif karena pendidikan manusia itu tergantung kepada sistimnya. Produk karakter manusia seperti apa yang akan dihasilkan tergantung kepada sistim dan lingkungan yang membentuknya, lebih fundamental tergantung pada “akidah”nya. Jadi ilmu pendidikan dan psikologi yang dihasilkan tentu akan tergantung bagaimana sistim dan nilai-nilai yang dianut oleh sistim atau teori tersebut. Dengan kata lain kita tidak bisa mengadopsi begitu saja teori pendidikan dan psikologi dari Barat.

Teori pendidikan dan psikologi moderen merupakan hasil usaha  manusia yang bersifat ilmiah berdasarkan temuan, eksperimen serta  pengalaman empiris yang didasari nilai-nilai manusia yang dianut pada suatu saat dan suatu tempat. Tentu saja sifatnya tidak absolut karena sistim yang membentuknya bersifat relatif  sehingga bisa saja teori ini berubah dalam perjalanannya. Apa yang dianggap baik dan benar pada suatu waktu dan suatu tempat belum tentu benar di waktu dan tempat yang lain.
 
Penutup
Menurut Muchtar Luthfi dalam A Tafsir, seseorang disebut memiliki profesi atau profesional bila ia memenuhi syarat-syarat: (1) profesi harus mengandung keahlian, (2) profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu, (3) profesi memiliki teori-teori yang baku dan universal, (4) profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri, (5) profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif, (6) pemegang profesi otonomi dalam melakukan tugas profesinya, (7) profesi mempunyai kode etik profesi, (8) profesi harus mempunyai klien yang jelas. (Lihat A Tafsir, Ilmu Pendidikan halaman 107-119).

Rumusan ini setidaknya bisa menjadi pengantar dalam memberikan gambaran kepada kita bahwa apa yang terjadi dalam dunia pendidikan kita sekarang ini. Teori pendidikan moderen telah memberkan “lapangan yang luas” bagi aplikasi pendidikan yang mengemban tugas regenerasi bangsa. Tetapi belum terjadi keseragaman dalam memahami teori-teori pendidikan moderen tersebut.
Kalau kita ambil contoh kecil dengan menggunakan rumusan Muchtar Luthfi tersebut,  bahwa suatu profesi harus mengandung keahlian tertentu. Keahlian yang dimaksud adalah keahlian spesialisasi yang mendukung berbagai pengembangan, inovasi dan pemberdayaan. Tetapi pola koordinatif, komprehensitas, sinergitas tampaknya belum benar-benar bisa dilakukan secara menyeluruh. Inilah yang menjelaskan, mengapa aplikasi teori pendidikan parsial-lah yang baru akan berhasil menghantarkan pelajar-pelajar kita mengukir prestasi dunia. Karena secara nasional aplikasi teori pendidikan moderen itu sangat lemah pada koordinasi, komprehensifitas dan sinergitasnya

Tidak ada komentar: